Monday, October 25, 2010

KMKM Tercinta?



Oleh : Amat Sutuh Basha

Ketika seseorang berucap: “Aku mencintai-Mu, wahai Allah!” sejak saat itu dia telah dituntut untuk membuktikan cintanya. “Katakanlah (wahai Muhammad) jika kalian mencintai Allah, maka ikutikah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian...” (QS. Ali 'Imran: 31) Dalam mengungkapkan sesuatu, perbuatan memang lebih fasih daripada perkataan. Ungkapan “Aku sayang padamu!” takkan berarti -sama sekali- jika tidak diikuti dengan kesetiaan, pengorbanan, dan ketulusan.

“KMKM tercinta” adalah sebuah ungkapan yang sangat akrab di telinga saya. Ungkapan ini bukan saja sering saya dengar di beberapa sambutan, namun juga terlalu sering saya temukan di beberapa tulisan, tapi, sejauh manakah kebenaran ungkapan tersebut? Saya kurang tahu! Yang saya tahu hanyalah, betapa sulitnya seorang ketua KMKM yang baru terpilih ketika meminta kesediaan anggotanya untuk menjadi pengurus. Yang saya tahu hanyalah, betapa tidak mudahnya membujuk seorang anggota untuk menjadi ketua panitia pada sebuah acara. Dan yang saya tahu hanyalah, seberapa sulitnya seorang ketua mengumpulkan anggotanya untuk sebuah rapat.

Mungkin kita telah sepakat dengan pribahasa yang mengatakan: “Innal muhib liman ahabb muthâ’ (Seorang pecinta akan melakukan apapun demi kekasihnya)” Kata inggih-pun mungkin telah menjadi satu rukun yang akan menentukan kebenaran sebuah pengakuan seorang pecinta. Dan sangat tidak masuk akal -menurut saya- jika ada yang mengatakan “KMKM tercinta” sedangkan dia terlalu sering menghindar dari permintaan atau ketika dibutuhkan KMKM. Sudahlah, simpan saja kata cinta itu! Basi!

Salah, jika ada yang menganggap saya sedang marah-marah. Bahkan sebaliknya! Saat ini saya sedang tersenyum lebar, bahagia! Dan mugkin sama lebarnya dengan senyuman mereka yang berhasil menghindar saat pemilihan ketua KMKM, kabur! Melarikan diri dari tanggungjawab sebagai anggota, mengkhianati kepercayaan saudaranya yang berniat memilihnya dan meremehkan rasa kepemilikan dan kesetiaannya terhadap KMKM, sementara mereka, masih berani mengatakan “KMKM tercinta!”, payah!

Ok, sekarang saya mengaku, saya kesal, marah, saya kecewa! Hal itu karena tuduhan seekor kucing bingung, mulai terbukti. Saya kecewa karena keluarga ini semakin tidak nyata, semakin tak bisa diraba, semakin maya! Musykilah!

Saya pernah cemburu dengan beberapa oknum yang dengan kesetiaannya telah memanjakan KMKM, saya iri karena mereka dapat diandalkan dan penuh tangungjawab. Namun apakah saya berhak cemburu, sedang saya masih belum bisa menjadi anggota keluarga ini dengan baik? Entahlah! Yang pasti –mungkin– saya masih belum berhak mengatakan “KMKM tercinta!” dan saya takkan mengatakannya, jika itu hanya akan membuat saya menjadi seorang pendusta. Munafik!




Your Ad Here

COMMENTS :

Don't Spam Here

0 Komentar to “KMKM Tercinta?”

Post a Comment

 

Copyright © 2010 Keluarga Mahasiswa Kalimantan Mesir. All Rights Reserved. Powered by Blogger and Edited Template by Asyd KiNaNa .