Monday, October 25, 2010

E D I T

Oleh : Astri Nor Fitriani
 

Dalam istilah lainnya, sinonim dari kata ‘edit’ atau ‘mengedit’ adalah ‘koreksi’ atau ‘mengoreksi’. Tak perlu jauh-jauh membuka kamus, saat kita membaca kata ‘edit’, kita bisa mendefinisikannya menjadi sebuah kalimat. Kegiatan mengedit adalah kegiatan memangkas, menyortir, menambah, mengganti, atau bahkan memotong habis, yang pada intinya bertujuan untuk mengoreksi sesuatu.

Ketika saya mulai ngomong masalah edit-mengedit, itu bukan berarti saya ingin membicarakan pekerjaan rutin saya setiap bulan. Tentu tidak! Saya bahkan ingin mengatakan bahwa edit-mengedit ternyata merupakan pekerjaan kita bersama. Tidak hanya setiap bulan, bukan cuma setiap minggu, tetapi setiap jam dalam hidup kita, tanpa sadar kita selalu mengedit. Mengedit manusia. Kita semua ternyata sang editor itu!

Saya tak mencoba berbasa-basi. Tapi memang, sungguh luar biasa kita! Bisa-bisanya kita mengedit manusia, sementara yang dikoreksi belum tentu lebih jelek daripada yang mengoreksi. Ketika kita berjalan di trotoar dan melihat seseorang yang bajunya gak matching, kita mengedit, terserah itu terlontar dari mulut atau hanya bergumam di dalam hati. Saat kita mendengar si anu melakukan begini dan begitu, kita akan berkomentar, sibuk mengedit di sana-sini, seakan digaji. Bahkan waktu dosen kita (rahmatullah ‘alaihim) mengajar sebuah mata pelajaran dan menyampaikan kepada kita sebuah ilmu, disadari ataupun tidak, kita masih sempat-sempatnya mengedit mereka! Dan sadarkah Anda? Saya, si penulis tulisan ini, tentu saja dengan sangat sengaja tengah mengedit Anda-anda semua. Lagi, setelah saya merampungkan tulisan saya ini, akan ada orang lain yang akan mengoreksi tulisan saya! Rupanya, mengedit adalah hidup, karena objek yang diedit pun adalah kehidupan itu sendiri.

Memang tak dinyana, kegiatan mengedit adalah kegiatan yang penting dan dibutuhkan. Seorang editor yang membetulkan tulisan-tulisan yang tidak pas adalah mengedit. Orangtua yang menegur tingkah laku anak mereka adalah mengedit. Seorang teman yang ngomen kata-kata kita yang tidak pantas juga merupakan kegiatan mengedit, karena mengedit bertujuan untuk memperbaiki sesuatu yang salah agar terlihat lebih pantas. Tetapi saat tujuan seorang editor telah bergeser dari titik ingin memperbaiki menjadi bertujuan ingin menghina, mengejek, pamer, atau hanya sekedar sensasi ataupun main-main, dan sebagainya, maka kita sepakat bahwa mengedit dengan tanda kutip seperti itu adalah kegiatan negatif dan salah besar.

Mengedit sesuatu memang enak, karena kita berada dalam posisi sang komentator. Berujar begini, nyeletuk begitu. Potong sana, pangkas sini. Enak! Puas! Tetapi bagi si objek yang diedit, lain perkara. Ternyata hal tersebut sangat menyebalkan, bahkan menyakitkan. Lebih-lebih ketika tujuan mengolok-oloknya ditutupi dengan tulisan, ‘Demi mengoreksi kesalahan’. Penipuan publik!
Atau bahkan, memang bertujuan mengedit sesuatu dengan niat yang benar, tetapi dengan cara yang tidak pas. Wah, lupakan saja. Anda tidak akan sukses menjadi editor yang baik.

Saya hanya berpikir, beruntung sekali orang yang mengedit dengan niat yang benar dan menerima editan yang baik pula dari orang-orang di sekitarnya, atau menjadi seorang editor kehidupan tetapi tidak pernah diedit oleh manusia. Tapi kita semua tahu, tak ada gading yang tak retak.

Terlepas dari semua itu, saya hanya ingin bertanya, editor yang baik kah kita?




Your Ad Here

COMMENTS :

Don't Spam Here

0 Komentar to “E D I T”

Post a Comment

 

Copyright © 2010 Keluarga Mahasiswa Kalimantan Mesir. All Rights Reserved. Powered by Blogger and Edited Template by Asyd KiNaNa .