Friday, August 6, 2010

TAKUT MENGHADAPI UJIAN, PERLUKAH?

Oleh: Lailatis Syarifah, Lc. (Ummu Neilfouz)

Ujian Sebagai Pengukur Kemampuan
Selama kurang lebih satu bulan mendatang, mahasiswa al-Azhar akan menghadapi ujian. Oleh karena itu, berbagai kegiatan mulai dinonaktifkan tanpa terkecuali memandang perlunya persiapan untuk menghadapi ujian. Mengapa ujian ini sangat menyita perhatian? Sampai-sampai semua kegiatan ditutup sementara. Apakah ujian ini sangat penting? Haruskah ada ujian?

Ujian harus terus ada, baik dalam akademis maupun dalam kehidupan. Karena hanya dengan ujian kita akan mengenal kemampuan diri. Sebagaimana pepatah Arab mengatakan, "bil imtihân yukramul mar`u au yuhân." Jadi, karena hanya dengan ujian kita dapat mengerti potensi diri maka ujian haruslah menjadi momen yang sangat berarti bagi kita. Bukan sekadar lewat dan tidak mendapat perhatian lebih. Oleh karena itu, ada beberapa aspek penting yang harus kita siapkan sebelum menempuh ujian.

Aspek penting pertama adalah kesiapan mental. Untuk ini ada beberapa hal yang harus dicamkan baik-baik:
Ujian dalam belajar adalah biasa. Ujian hiduplah yang paling penting, karena bagaimana kita hidup di dunia akan menentukan kehidupan kita di akhirat. Jadi, jangan takut menghadapi ujian dalam belajar.
Ujian ini bukanlah tujuan, ia hanyalah sebuah cara untuk mengetahui kemampuan diri dalam memahami pelajaran dari kurikulum yang ditentukan. Jadi, jika gagal dalam ujian ini masih banyak hal lain yang bisa kita coba dan berhasil.
Tidak ada kata gagal dalam ujian. Yang ada hanyalah keberhasilan tertunda. Jadi, jangan pernah berkecil hati.
Lulus atau tidak adalah ketentuan Allah Yang Maha Agung sebagai ujian hidup. Jadi, apa pun hasilnya kita tetap akan bersyukur. Allah telah berjanji akan memberikan kenikmatan berlipat bagi mereka yang mau bersyukur.
Niat ujian Lillâhi ta`âla.
Jika lima hal di atas sudah kita camkan dan merasuk ke dalam jiwa, berarti mental kita sudah kuat dan siap. Setelahnya kita hanya perlu mempersiapkan fisik dan belajar dengan baik.

Belajar Tidak Harus Memerlukan Bimbingan
Setiap individu adalah unik. Artinya setiap individu memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari perbedaan fisik, pola berpikir dan cara-cara merespon atau mempelajari hal-hal baru. Dalam hal belajar, masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu dalam dunia pendidikan dikenal berbagai metode untuk dapat memenuhi tuntutan perbedaan individu tersebut. Di negara-negara maju sistem pendidikan bahkan dibuat sedemikian rupa sehingga individu dapat dengan bebas memilih pola pendidikan yang sesuai dengan karakteristik dirinya.

Di Indonesia seringkali kita mendengar keluhan dari orangtua yang merasa sudah melakukan berbagai cara untuk membuat anaknya menjadi "pintar". Orangtua berlomba-lomba menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah-sekolah terbaik. Selain itu anak diikutkan dalam berbagai kursus maupun les privat yang terkadang menyita habis waktu yang seharusnya bisa dipergunakan anak atau remaja untuk bermain atau bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Namun demikian usaha-usaha tersebut seringkali tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan, bahkan ada yang justru menimbulkan masalah bagi anak dan remaja. Begitu pula di sini, mahasiswa berbondong-bondong menuju tempat bimbingan yang tidak jarang menghabiskan banyak waktu, sehingga menguras habis energi dan otak tanpa mendapatkan hasil yang sebanding.
Apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa anak-anak tersebut tidak kunjung pintar? Salah satu faktor yang dapat menjadi penyebabnya adalah ketidaksesuaian cara belajar yang dimiliki dengan metode belajar yang diterapkan dalam pendidikan yang dijalaninya termasuk kursus atau les privat. Cara belajar yang dimaksudkan disini adalah kombinasi dari bagaimana individu menyerap, lalu mengatur dan mengelola informasi.
Otak manusia adalah kumpulan massa protoplasma yang paling kompleks yang ada di alam semesta. Satu-satunya organ yang dapat mempelajari dirinya sendiri dan jika dirawat dengan baik dalam lingkungan yang menimbulkan rangsangan yang memadai, otak dapat berfungsi secara aktif dan reaktif selama lebih dari seratus tahun. Otak inilah yang menjadi pusat belajar sehingga harus dijaga dengan baik sampai seumur hidup agar terhindar dari kerusakan.

Menurut MacLean, otak manusia memiliki tiga bagian dasar yang seluruhnya dikenal sebagai triune brain/three in one brain (dalam DePorter & Hernacki, 2001). Bagian pertama adalah batang otak, bagian kedua sistem limbik dan yang ketiga adalah neokorteks.

Batang otak memiliki kesamaan struktur dengan otak reptil, bagian otak ini bertanggungjawab atas fungsi-fungsi motorik-sensorik-pengetahuan fisik yang berasal dari panca indra. Perilaku yang dikembangkan bagian ini adalah perilaku untuk mempertahankan hidup, dorongan untuk mempertahankan spesies.
Di sekeliling batang otak terdapat sistem limbik yang sangat kompleks dan luas. Sistem ini berada di bagian tengah otak manusia. Fungsinya bersifat emosional dan kognitif yaitu menyimpan perasaan, pengalaman yang menyenangkan, memori dan kemampuan belajar. Selain itu sistem ini mengatur bioritme tubuh seperti pola tidur, lapar, haus, tekanan darah, jantung, gairah seksual, temperatur, kimia tubuh, metabolisme dan sistem kekebalan. Sistem limbik adalah panel kontrol dalam penggunaan informasi dari indra penglihatan, pendengaran, sensasi tubuh, perabaan, penciuman sebagai input yang kemudian informasi ini disampaikan ke pemikir dalam otak yaitu neokorteks.

Neokorteks terbungkus di sekitar sisi sistem limbik, yang merupkan 80% dari seluruh materi otak. Bagian ini merupakan tempat bersemayamnya pusat kecerdasan manusia. Bagian inilah yang mengatur pesan-pesan yang diterima melalui penglihatan, pendenpendengaran dan sensasi tubuh manusia. Proses yang berasal dari pengaturan ini adalah penalaran, berpikir intelektual, pembuatan keputusan, perilaku normal, bahasa, kendali motorik sadar, dan gagasan non verbal. Dalam neokorteks ini pula kecerdasan yang lebih tinggi berada, diantaranya adalah : kecerdasan linguistik, matematika, spasial/visual, kinestetik/perasa, musikal, interpersonal, intrapersonal dan intuisi.

Berdasarkan kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola dan menyampaikan informasi, maka cara belajar individu dapat dibagi dalam 3 (tiga) kategori. Ketiga kategori tersebut adalah cara belajar visual, auditorial dan kinestetik yang ditandai dengan ciri-ciri perilaku tertentu. Pengkategorian ini tidak berarti bahwa individu hanya yang memiliki salah satu karakteristik cara belajar tertentu sehingga tidak memiliki karakteristik cara belajar yang lain. Pengkategorian ini hanya merupakan pedoman bahwa individu memiliki salah satu karakteristik yang paling menonjol sehingga jika ia mendapatkan rangsangan yang sesuai dalam belajar maka akan memudahkannya untuk menyerap pelajaran. Dengan kata lain jika sang individu menemukan metode belajar yang sesuai dengan karakteristik cara belajar dirinya maka akan cepat ia menjadi "pintar" sehingga kursus-kursus atau pun bimbingan secara intensif mungkin tidak diperlukan lagi.

Karakteristik Cara Belajar
Adapun ciri-ciri perilaku individu dengan karakteristik cara belajar seperti disebutkan diatas, menurut DePorter & Hernacki (2001), adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik Perilaku Individu Dengan Cara Belajar Visual
Individu yang memiliki kemampuan belajar visual yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
  • Rapi dan teratur.
  • Berbicara dengan cepat.
  • Mampu membuat rencana jangka pendek dengan baik.
  • Teliti dan rinci.
  • Mementingkan penampilan.
  • Lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar.
  • Mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual.
  • Memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik.
  • Biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik ketika sedang belajar.
  • Sulit menerima instruksi verbal (oleh karena itu seringkali ia minta instruksi secara tertulis).
  • Merupakan pembaca yang cepat dan tekun.
  • Lebih suka membaca daripada dibacakan.
  • Dalam memberikan respon terhadap segala sesuatu, ia selalu bersikap waspada, membutuhkan penjelasan menyeluruh tentang tujuan dan berbagai hal lain yang berkaitan.
  • Jika sedang berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan tanpa arti selama berbicara
  • Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain.
  • Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat "ya" atau "tidak'.
  • Lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/berceramah.
  • Lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada musik.
  • Seringkali tahu apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan dalam kata-kata.
2. Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Auditorial
Individu yang memiliki kemampuan belajar auditorial yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
  • Sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja.
  • Mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik.
  • Lebih senang mendengarkan (dibacakan) daripada membaca.
  • Jika membaca maka lebih senang membaca dengan suara keras.
  • Dapat mengulangi atau menirukan nada, irama dan warna suara.
  • Mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai dalam bercerita.
  • Berbicara dalam irama yang terpola dengan baik.
  • Berbicara dengan sangat fasih.
  • Lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya.
  • Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa yang dilihat.
  • Senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar.
  • Mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang berhubungan dengan visualisasi.
  • Lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada menuliskannya.
  • Lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku humor atau komik.
3. Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Kinestetik
Individu yang memiliki kemampuan belajar kinestetik yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
  • Berbicara dengan perlahan.
  • Menanggapi perhatian fisik.
  • Menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka.
  • Berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain.
  • Banyak gerak fisik.
  • Memiliki perkembangan otot yang baik.
  • Belajar melalui praktek langsung atau manipulasi.
  • Menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung.
  • Menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang membaca.
  • Banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal).
  • Tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama.
  • Sulit membaca peta kecuali ia memang pernah ke tempat tersebut.
  • Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi.
  • Pada umumnya tulisannya jelek.
  • Menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara fisik).
  • Ingin melakukan segala sesuatu.


Dengan mempertimbangkan dan melihat cara belajar apa yang paling menonjol dari diri seseorang maka individu yang bersangkutan (yang sudah memiliki pemahaman yang cukup tentang karakter cara belajar dirinya) diharapkan dapat bertindak secara arif dan bijaksana dalam memilih metode belajar yang sesuai. Bagi para mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar, cobalah untuk mulai merenungkan dan mengingat-ingat kembali apa karakteristik belajar Anda yang paling efektif. Setelah itu cobalah untuk membuat rencana atau persiapan yang merupakan kiat belajar Anda sehingga dapat mendukung agar kemampuan tersebut dapat terus dikembangkan. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan memanfaatkan berbagai media pendidikan seperti tape recorder, video, gambar, dan lain-lain. Selamat mencoba. Semoga bermanfaat. Wallâhu A'lam bissowâb.




Your Ad Here

COMMENTS :

Don't Spam Here

0 Komentar to “TAKUT MENGHADAPI UJIAN, PERLUKAH?”

Post a Comment

 

Copyright © 2010 Keluarga Mahasiswa Kalimantan Mesir. All Rights Reserved. Powered by Blogger and Edited Template by Asyd KiNaNa .